Senin, 31 Oktober 2011

October tales



                Akhir oktober kala itu, di sebuah desa terpencil di penggiran hutan, dimuka savana padang rumput yang menghijau, kala rumput mulai menari di bawah bulan yang terlihat penuh, perayaan turun temurun untuk mengusir roh jahat dari muka bumi selalu dilakukan para manusia.

                Terlihat dari kegelapan malam ke 30 bulan itu, malam yang sangat terang, selolah sinar bulan menjadi lentera malam yang tak akan pudar hingga sang fajar menjelang.

                Kepercayaan manusia akan roh jahat masih belum pudar, suasana hutan yang lembab dan ber air menjadikan suasana desa malam itu menjadi sedikit berbeda, desa yang biasanya ramai pada malam hari kini menjadi tenang gelap dan sangat hening, tak sersisa sedikitpun aktivitas para penduduk.

                Sangat janggal kala itu, angin terasa sangat lembut, membawa aroma anyir dari dalam hutan. Terlihat dari dalam jendela salah seorang rumah warga, sesosok anak kecil yang seperti berjalan mengikuti sesuatu. Tak tergesa namun terlihat sedikit ragu, didepannya terlihat samar sosok seorang laki laki muda sedang mendorong sesuatu. Grek grek greeekk. Dencitan as roda dan suara ban yang beradu dengan tanah yang tidak rata terdengar jelas dari sini.

                Pandangan itu hilang seiring kabut yang muncul kala itu, tak terdengar lagi. Pagi pun datang, kabut menghilang dari pedesaan pinggiran ini. Namun aneh, suasana masih terasa seperti malam tadi tak ada aktifitas dari para penduduk desa, desa pun sepi sunyi, hanya ada angin yang menggoyangkan api lilin yang masih tersisa dari malam itu.

                Terlihat dari arah hutan keluar seorang anak kecil berlumuran darah, menangis seperti ketakutan, sekujur tubuhnya dipenuhi luka memar, bajunya terkoyak. Dia terlihat lari menjauhi hutan menuju kearah perkebunan warga, bersembunyi dari sesuatu.

                Waktu pun berlalu, suasana akhir oktober itu berubah mencekam, darah mengalir disungai sungai dekat desa, air pun tercemar darah yang berasal entah dari mana, yang tersisa hanya anak kecil tadi. Sore menjelang senja, langit memerah seolah merefleksikan amarah para arwah.

                Anak kecilpun itu memberanikan diri kembali kedesa, dia mencari kesana kemari, namun tak ada yang dia temukan, hanya sepi. Perlahan keluar dari dalam hutan sosok pemuda malam itu, jack, dia seperti jack o lantern,  ya tokoh manusia berkepala labu yang berkeliaran di malam halloween, dia terlihat marah. Dibawanya sebuah kapak yang biasa digunakan membelah kayu, di tangan kirinya terlihat kepala tanpa tubuh, menggelantung begitu saja dibawanya, dia melihat kearah bocah itu, kemudian bocah itu menangis dan berteriak

                “dimana ibuku dimana?”

                Labu itu hanya terdiam, melihat kearah anak itu dan melempar kepala yang ternyata adalah kepala ibu anak itu, terbelalak wajahnya, seolah diakhir hidupnya dia sangat kesakitan. Fajar pun tenggelam kini semua menjadi gelap, lilin yang sedari tadi menyala habis dimakan api, jack menghampiri anak itu, dibawanya kedalam hutan, diseret rambutnya. Anak itu hanya bisa berontak, tanpa arti.

                Dari dalam hutan terdengar jeritan anak itu seolah menyanyi dalam alunan kematian, teriakan panjang terdengar di akhir october, desa itu kini menjadi desa mati, dan tak ada yang pernah mau kesana setelah pembantaian itu,  

                Dia pun menghilang, bertahun tahun setelahnya, konon ada beberapa traveler yang melewati desa itu dan tak pernah kembali, yang ditemukan hanyalah kepala kepala yang ditancapkan diatas tombak. Dan semuanya telah membusuk. desa itu adalah desa sang pemuja iblis, Jangan pernah kesana.. karena desa kesepian itu akan selalu menelan nyawa.

Sabtu, 29 Oktober 2011

if you want to try this, please prepare your self..
beware..


"what do you see is what do you think"
"apa yang lihat adalah apa yang kamu pikirkan"

Note :
lihat tanda X di mata tengkorak, lihat 30 detik tanpa berkedip kemudian lihat
kearah tembok.. kau akan menemukan sesuatu...
(saat melihat gambar pastikan ruangan anda terang)

strings 2 : The Door (end)


                Kebergianku dari sana menyisakan kebencian, jurang yang sangat dalam, hitam dan tanpa batas, kini aku mempunyai alasan untuk hidup, dendam, bayangan ini tak akan pernah kulupakan, akan kubunuh dia, kucabik mukanya, dan kutelan jantung dan ginjalnya mentah mentah, dan sisanya kupotong potong, bakar sampai habis tak tersisa.

                Emosiku terus memuncak, otakku tak berfungsi seperti layaknya orang yang sadar akan dirinya, perlahan aku menemukan arah, dimana aku harus menuju, dimana aku harus mati dan siapa yang akan aku temukan.

                Awal dari semua itu akan kumulai dari hembusan nafas kali ini, ya.. aku berjanji, tak akan ada lagi yang seperti itu, perlakuan seolah dirinya adalah dewa yang bertindak semaunya. Akan kuhabisi nyawanya.

                Aku menghilang diujung cakrawala, tak terlihat lagi kemuraman waktu itu, aku dituntun oleh sorang tua yang aku tak tau namanya, lagipula apa peduliku, bahkan itu semua sudah tak penting lagi. Selanjutnya aku bertemu dengan pintu yang lain, aku tak ingat bagaimana bentuknya. Kemudian aku masuk, dan semuanya akan dimulai disini.

                “kemana lagi kau akan membawaku?”
                “jalanlah dibelakangku.. aku akan memberimu sebuah hadiah”

                Selang beberapa waktu kemudaian aku berada disebuah ruangan, disana ada beberapa meja dan kursi, besar, namun tak ada yang menduduki hanya aku, orang tua itu dan cahaya yang sedari tadi mengikuti kami. Dia duduk diseberang meja panjang. Seolang ingin membicarakan sesuatu yang serius. Aku duduk berhadapan, namun jauh.

                Yang aku ingat saat itu aku hanya menundukkan kepalaku dengan penuh rasa kesal, amarah, dan hawa membunuh yang mendidih dalam darahku. Sepertinya dia tau.

                “kau ingin membunuhnya?” kata orang tua diseberang meja
                Aku hanya diam dan tak ingin membahasnya.
                “kau ingin membunuhnya bukan. Aku mengetahuinya, matamu. Sama sepertinya, mata yang seharusnya tak kau miliki”
                “aku tak perduli apa katamu, keluarkan aku dari sini”
                “kemana kau akan pergi? Maaf, tapi aku tak bisa mengeluarkanmu dari sini”
                Aku hanya terdiam, mungkin dia tau kekesalanku, dia hanya terdiam dan menatapku, aku acuh, tak menghiraukannya. Masa bodoh terhadap orangtua tak berguna itu.
                “baiklah aku akan memberimu sesuatu seperti yang kujanjikan tadi”
                “lakukanlah dengan cepat, aku sudah muak disini”
                “tenanglah, kau pasti mendapatkan kesempatanmu, kau akan mendapatkan apa yang kau inginkan, dengar baik baik. Kau adalah manusia yang unik, ini semua terjadi diluar kuasa kami, sesungguhnya yang AGUNG itu maha tau, kami bahkan tak tau apa yang dia tahu, sebenarnya semua ini telah tertulis dalam buku kehidupanmu” katanya serius.

                Kali ini aku hanya diam dan mendengarkan.

                “yang membunuh ibumu tadi adakah ayahmu, dia merupakan anak dari seorang manusia yang tingkat spiritualitasnya tinggi, namun dia memilih jalannya, dengan jalan memuja iblis. Mereka adalah kaum yang sangat dibenci sang agung, namun mereka telah diberi kebebasan untuk memanipulasi manusia, semua yang terjadi hanya manusia yang menentukan, dan itu ketentuan ayahmu. Maka inilah yang terjadi”
                “apa yang dia inginkan dariku?” timpalku
                “dia menginginkan darahmu, untuk membangkitkan Lucifer dan menyatu dengannya”
                “kenapa harus diriku?” tanyaku penasaran
                “kau adalah keturunan suci dari utusan sang agung, dahulu ayah dari kakekmu adalah seorang prophet, dia menyebarkan kebaikan, namun para iblis yang tidak menyukainya mulai memanfaatkan manusia untuk membinasakannya, mereka melakukan propaganda namun tak satupun dari mereka berhasil, lantas mereka menemukan sebuah kitab peninggalan para ahli sihir jaman dahulu yang seharusnya tersegel di bawah rumah suci, dan kemudian mempelajarinya, tak lama setelah itu mereka menemukan cara untuk membangkitkan Lucifer sang penghancur”
                “Aku masih tak mengerti apa yang kau bicarakan. Jangan berkata omong kosong orang tua”
                “baiklah, aku akan memberimu penglihatan dan kau melihatnya sendiri”

                Kemudian menjulurkan tangannya keara ku, cahaya terang datang seketika menyelimutiku, kini aku berdiri ditengah hamparan langi dan bintang bintang, kemudian  sebuah planet menghampiriku, mungkin itu tempat dimana aku tinggal. Aku melihat lebih dekat, jauh lebih dekat, aku melihat banyak pembunuhan, banyak orang yang sepertinya gila membunuh tanpa berfikir, seperti dikendalikan oleh sesuatu, kemudian berganti. Kali ini aku melihat orang orang berpakaian putih, seperti keluar cahaya dari tubuh mereka. Mereka terlihat memerangi mereka yang satunya. Terlihat menyeramkan, saling bunuh diantara mereka. Yang kulihat kala itu hanya perang. Perang yang melibatkan seluruh umat manusia.

                Kemudian pengelihatanku berganti, kali ini adalah seorang yang mirip denganku, namun terlihat lebih dewasa, dia memimpin sekawanan manusia, seolah siap berperang melawan segerombolan awan hitam yang sedang menuju kearah mereka, bukan itu bukan segerombolan awan hitam, tapi itu makhluk makhluk mengerikan dan manusia bermata merah seperti yang kulihat tadi. Mereka menuju suatu titik sepertinya hanya itu yang mereka lakukan.

                Namun anehnya mereka semua hanya manusia biasa, entah mereka melalukan semua ini demi apa, aku pun jauh lebih bingung, yang terpikir dibenakku kenapa ini semua terjadi, kemudian pandanganku tertuju pada seseorang disana, aku kaget melihatnya, kenapa ada aku disisi lain itu, bukankah ada aku disana? Kemudian aku mendengar seseorang dikepalaku

                “apa kau lihat apa yang akan terjadi? Mereka adalah mereka, mereka yang menentukan apa yang terjadi pada diri mereka, bukan kami. Kami hanya menentukan pilihan mereka, membenarkan apa yang mereka anggap benar, tidak ada yang salah, namun mereka memilihnya.”

                Kemudian aku mendengar seseorang lain bicara setelah itu.

                “tidak bisa begitu kau tidak adil pada kami, membedakan kami, karena kami berbeda pandangan denganmu” kata seseorang berbaju hitam dengan mendongak kelangit
                “kau adalah milikku, hau hanya makhluk, kenapa sombong padaku”. Suara menggelegar dilangit
                “kau yang telah menciptakanku, semua yang kau ciptakan adalah pencitraanmu, bukan diri kami, kami adalah dirimu!”timpal makhluk itu
                “Sombong, baiklah apa maumu?”
                “kami akan menjadi diri kami sendiri, kami ingin bebas!”
                “baiklah, jika itu maumu, kau boleh lakukan sesuka hatimu, tapi diakhir nanti kau akan ku kembalikan ke asalmu, dan rasakanlah apa yang telah kamu pilih” tegas suara misterius itu.
                “hahaha baik lah aku tak perduli aku akan mencari pengikutku sama sepertimu!, hey kau yang disana, ikutlah denganku”
                “tidak, karena sesungguhnya aku diciptakan untuk mematuhi sang agung” kata seseorang yang sepertinya mirip dengan orang yang ku kenal.
                “dasar bodoh!! Ahahahaha”

                Pemandangan aneh namun singkat, kemudian setelah aku lihat percakapan tadi, semua pandangan berubah, seolah waktu berputar kearang yang lain, kuliah seseorang tanpa busana sendirian seperti sedang kebingungan.

                Sampai disitu aku terbangun, kembali pada waktu aku sedang diruangan tadi, aku menatap heran kearah orang tua itu, kemudian aku ingat hal tadi, mirip sepertinya. Aku bingung, mengingat kejadian yang terus aku alami dari kemarin.

                “apa yang terjadi” kataku
                “begitulah manusia, tak pernah mau berfikir, itulah mengapa aku khawatir saat DIA menciptakan makhluk sepertimu, kau lemah, namun DIA berkata padaku, kaulah makhluk yang paling sempurna, bahkan aku tak melihat kesempurnaan itu padamu, mungkin lain waktu”

                Sampai disini, aku masih sedikit tertegun melihatnya, mataku masih agak berbayang, namun perkataannya tadi terdengar jelas ditelingaku. Aku mencoba membuka mataku lebar. Namun mataku terasa berat. Aku mendengar kata trakhir.

                “dia azazel, dia sama sepertimu, dia akan membimbingmu, jalanilah takdirmu...”

                Kemudian semua hitam, seingatku aku berada diruangan aneh bersama kakek tadi, semuanya kembali membingungkan. Aku berusaha bangun, namun saat kubuka mataku aku menemukan di tempat tidurku. Aku sangat terkejut...

                “hanya mimpi..sial”
                “DARWIS...!!! dimana kau...” teriakku memanggil pelayan.
                Kumudian kudengar langkah dari lorong menuju kamarku, pelan, berat, namun tak terpikirkan olehku, kemudian seseorang membuka pintu.

                “DARWIS.. bantu aku ber...” belum sempat aku menyelesaikan kalimatku.
                Sambil berusaha turun dari tempat tidur dan berusaha untuk bangun aku melihat keara pintu, kutemukan seseorang disana..

                “SIAPA KAU!!!!?? BERANINYAAA!!!”


Kamis, 27 Oktober 2011

Hanya sebuah DIORAMA


sudah puluhan tahun kita bebas dari penjajahan, namun apakah kalian yakin kita sudah bebas dari itu? lihatlah pada dirimu, apakah kau sudah bebas dari semua belengnggu yang mengikatmu, sebenarnya apa yang dimaksud dengan terbebas dari penjajahan? dan apa maksud dari semangat para pemuda yang terbentuk dalam peristiwa 28 oktober 1928?

dimulai diri kita, dan menular keorang lain, begitulah cara mereka menyampaikan semangat menentang penjajahan, benci, sakit, dan keinginan untuk bebas memberikan dorongan yang sangat luarbiasa bagi para pemuda waktu itu, dimana semuanya bersatu saling bahu dan tak kenal lelah untuk berfikir maju.

bandingkan dengan sekarang, mungkin terlihat lebih maju, tapi pola pikir dan semangatnya jauh tertinggal, remaja dahulu tak tahu twitter namun mereka akrab dengan sesama, dahulu mereka tak kenal facebook, namun mereka mengenal sebaya, apakah kalian yakin sudah terbebas dari penjajahan?

semangat yang lahir dari sebuah kesengsaraan telah membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. kecintaan terhadap tanah air yang terus dirusak dan dieksploitasi habis habisan membuat mereka bergerak, Maju.. berharap kearah yang lebih baik, masyarakat yang bebas, masyarakat yang makmur, dan masyarakat MADANI.

Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

bangsa ini seperti sebuah gerobak, mengangkut berbagai macam rasa, toleransi, kebersamaan, kebencian, yang akan ditanam dalam tanah ibu pertiwi, entah hasilnya akan seperti apa..

mungkin bukan ini yang mau mereka perjuangkan, bangsa yang dramatis penuh sandiwara, kebersamaan yang yang menginginkan keuntungan, dan ideologi yang terkesan dibuat buat.

kini apa yang hendak kita perjuangkan? IDEOLOGI kelompok kalian?, RAKYAT MISKIN yang hanya mengharap bantuan?, atau PENDIDIKAN yang kalian hambur hamburkan?

berikanlah kami acuan untuk BERJUANG, contoh untuk BERPIKIR, dan perilaku UNTUK DIRENUNGKAN, agar kami bisa mencintai kalian seperti pemimpin kami dahulu, bukan karena suara dari kami, tapi untuk KITA BERSAMA!

sumpah telah dibuat, semangat telah dikobarkan, namun jiwa jiwa patriot sudah termakan waktu, kini giliran KAMI!
namun tak ada yang perduli, mereka sibuk dengan kelompok mereka.

sayangnya peristiwa PATRIOTIS itu hanya disajikan sebagai DIORAMA yang disajikan dalam buku, dan kisah kisah masa lampau, yang tersisa hanya ORANG TUA BERSERAGAM yang harga dirinya bahkan sama dengan manusia jalanan, padahal dia dulu adalah bagian ujung tombak kami, api muda yang tak gentar dengan timah panas...

kini siapa perduli?
hanya sebatas penggalan alinea dari cerita perjuangan, sebuah ironi memang, melihat bangsa ini seperti hewan Gembala, Diperah oleh minoritas kalangan atas..

aku hanya seorang pemuda, yang ingin bangsanya tetap kokoh..
aku hanya seorang pemuda, yang ingin berfikir optimis..
aku hanya seorang pemuda yang rindu semangat lama..


aku cinta indonesia..
bukan karena aku lahir dan dibesarkan disini..
tapi karena bangsa ini adalah rumahku..
tempat aku menangis, tertawa, dan keluhkesahku
tanah yang akan memberi makan anak cucuku nanti..
jayalah INDONESIA, semangatku tak akan luntur oleh waktu
seperti leluhurku TERDAHULU..

Untukmu INDONESIA

Minggu, 23 Oktober 2011

strings 2 : The Door (part 3)


                Orang tua itu memanggilku, memintaku untuk mengikutiku keruangan lain, aku sepertinya hanya menurut saja, tak ada yang terpikir dibenakku, kosong, tak terpikir. Langkahku berat sekali, seperti manahan beban berat di bahuku, sebuah kenangan yang tak mau aku ingat, tentang kematian ibuku, orang tua itu berjalan menuju kesebuah pintu lainnya, beda dari yang sebelumnya pintu ini sepertinya aku mengenalnya.

                Dia memintaku untuk cepat mengikutinya, aku berlari kecil kesana, kemudian tanpa disuruh pintu itupun terbuka, tak terlihat apapun, aku terheran, orang tua itu perlahan memasukinya, ruangan yang tadinya gelappun menjadi berwujud, aku seperti kembali kemasa kecilku, aku terkenang masa itu. Rasanya aku masih ingat dulu ayah dan ibuku selalu menyangiku, tak pernah meninggalkanku, apapun yang aku inginkan aku selalu mendapatkannya.
                Sembari teringat masalalu orangtua itupun melihat kearahku dan berkata,

                “indah bukan, sebelum jamanmu, alam ini benar benar indah, disini kau hidup bersama orang tuamu yang selalu ada untukmu, kau tak pernah mengalami kesusahan bukan?”

                “ya aku mengingatnya, hanya ini satu satunya kenangan indah bagiku, namun ada sesuatau yang hilang, dan aku tak bisa mengingatnya, karena saat memori ini muncul, rasanya aku tak pernah tahu bagai mana ini berlalu”

                “lihat saja, aku akan memberi tahumu apa yang terjadi” katanya

                Kemudian tiba tiba aku dibawanya ke sebuah rumah, rasanya aku masih ingat kala itu sebelum aku pindah kekota itu, aku masih tinggal di sini bersama ayah dan ibuku seperti yang ayahku pernah bilang, walaupun kami hanya keluarga seorang petani, namun semuanya terasa begitu indah, tenang, namun tak sama sekali aku merasakan kesepian dalam diriku.

                Sebelum aku teringat semua aku melihat seorang sosok wanita setengah baya, perawakannya cantik, putih. Ya, itu ibuku, tanpa sadar aku berlari kearahnya ingin aku memeluknya, namun ketika aku berlari, bayangan itu tak tersentuh olehku, aku hanya bisa menitihkan airmata dalam kesedihan tiba tiba orang tua misterius itu berkata,

                “tunggu dan lihatlah, semuanya akan kau lihat apa yang sebenarnya terjadi”

                Aku menahan airmataku, aku saksikan ibuku berlari kecil menuju kesebuah kamar, entah kenapa aku tak melihat ayah di rumah kala itu, aku memandang keseluruh ruangan hanya ada ibu dan seorang anak kecil,

                “itukah aku..?” kataku lirih.

                Aku melihat ibuku menggendongku dengan tergesa gesa, seolah ada yang sedang mengejarnya, mungkin saat itu aku tak mengerti apa yang sedang terjadi, bayi itu hanya terlihat tersenyum melihat ibunya datang.

                “kau begitu indah, kau adalah segalanya anakku, aku tak akan biarkan ini terjadi”

                Kemudian ia memelukku, erat sekali, namun bayi 3 tahun itu hanya bisa tersenyum dan tak mengerti apapun, kemudian terdengar seseorang mendorong pintu, seorang laki laki, aku tak mengenalnya, dia bahkan sama sekali tak seperti ayahku,

                “siapa dia?” kataku penuh tanya.

                “dia ayahmu”

                “tidak mungkin!!!! Dia bahkan tak seperti ayahku”

                “maksudmu orangtuamu yang sekarang?”

                “lihatlah baik baik anak muda, bagaimana seorang manusia dimakan oleh iblis” tegasnya dengan tatapan tajam, seolah memperingatkanku.

                “SERAHKAN ANAK BIADAB ITU!!!!” kata lelaki itu

                “tidak!!! Jangan lakukan ini pada anak kita” aku terkejut mendengar katakata itu keluar dari mulut ibuku, aku heran betul, dan aku sangat tahu bagaimana muka ayahku, tapi bukan, lelaki bajingan ini sama sekali bukan ayah yang kukenal, bahkan tak mirip sama sekali

                “KURANG AJAR!!!! BAJINGAN KAU!!!! LELAKI BRENGSEKKK!!!” teriakku sambil berlari menuju kearahnya, hatiku dipenuhi amarah. Ingin kubunuh laki laki brengsek itu.

                Namun aku sama sekali tak bisa menyentuhnya, bahkan seolah dia tak melihatku, aku memukulnya beberapa kali, kuarahkan kesekujur tubuhnya namun seolah dia tak merasakan kesakitan, bahkan keberadaanku saat ini, aku mulai panik, kelelahan, di berjalan maju kearah ibuku,

                “BERHENTI BEDEBAH!!!!!” teriakku panik.
                Aku menghadangnya didepan namun dia menembus tubuhku, aku sadar kalau aku tak terlihat, bahkan aku tak hadir diantara mereka, aku berlari kearang orang tua itu, yang dari tadi dia hanya terdiam melihat semua ini terjadi,

                “HENTIKAN BEDEBAH ITU ORANG TUA!!!! CEPATLAH!!!” aku berteriak kearahnya.
                Dia hanya tersenyum.

                “tak bisa, itu bukan hak ku” katanya dengan bijak

                Kemudian aku menoleh kearah lelaki tadi, kulihat dia dengan penuh amarah ingin merebut anak kecil itu, ya aku, apa yang salah denganku, aku bingung, kepalaku berputar, aku jatuh berlutut kearah orang tua itu sambil mengeluarkan air mata yang terbendung sedari tadi, aku sadar aku lemah sekali, bahkan aku tak bisa menolong siapapun, ibuku, bahkan diriku sendiri, aku tak berguna, aku lemah.

                “Kau tak ingin melihat akhirnya?”kata orangtua itu berkata padaku.

                Aku menoleh kearah sebaliknya, yang terlihat hanyalah ibuku yang teraniaya, melindungi anak kecil itu, dipukulnya ibu hingga jatuh tersungkur, bayi yang sedari tadi berada didalam keranjang, menangis melihat kejadian itu seolah ingin menolong ibunya.

                Lelaki itu mengambil sebuah belati dari belakang celananya, seolah ia ingin membunuh bayi itu, melihat kejadian itu, lantas wanita itupun bangun dengan sisa tenaganya, pria itu mengayunkan belati itu keara anak malang itu, kemudian sontak wanita itu tertusuk tepat dibagian perutnya, ia kemudian tersungkur tak berdaya, dan mencoba mendorong pria itu, aku hanya terdiam dan tak bergerak melihat kejadian itu, tubuhku tak bisa bergerak, bahkan mataku tak mau terpejam seolah memaksaku melihat kejadian itu.

                Lelaki itu acuh melihat wanita itu tersungkur penuh darah, tak memperduli kan istrinya yang kesakitan, dia kemudian menodongkan belati itu kearah bayi itu, tanpa rasa belas kasihan dia menyayat lengan bayi itu dan dia mengambil darah dari bayi itu, entah untuk apa dibuatnya, bayi itu hanya mengerang kesakitan,sesaat aku mengerti dari mana aku mendapatkan bekas luka di lengan kananku,  dia hanya terlihat senang, aku berusaha bangun dan berlari tertatih keara lelaki bejat itu, ingin rasanya saat itu membunuhnya, dia menjilati darah di belatinya, terlihat menjijikkan.

                Belum sempat aku sampai kearahnya, terdengar suara memanggil dari arah pintu, suara kakek tua, namun tubuhnya kelihatan bugar sekali, tak tampak lemah sedikitpun, dia memakai aksesori aneh, dia berteriak kearah lelaki itu

                “ALEX HENTIKAN!!!!!” teriaknya

                “DIAM KAU KAKEK TUA!!!!” sambil menaruh belati dimulutnya tadi

                Kemudian kakek itu berbisik sesuatu sesuatu, entah apa, seperti doa atau semacamnya, tak lama setelah itu tiba tiba lelaki itu mengerang seperti kesakitan, entah kenapa tubuhku juga ikut bergetar, lenganku terasa sakit sekali terasa seperti terbakar, kemudian lelaki itu berlari ketakutan kearah jendela dan berlari terbirit birit, ditabraknya jendela kamar itu hingga pecah, kemudian kakek itu menghampiri wanita itu,

                “ALICE ALICE BERTAHANLAH ANAKKU!!!!”

                “aku tak apa, lihat bayiku, sven... apa dia baik baik saja” kata wanita itu tersendat sendat,

                Aku menagis melihat kejadian itu, aku tak bisa berbuat apa apa, aku menjulurkan tanganku kearah wanita yang kusebut ibu, berusaha meraih dan menolongnya, namun tanganku tak sampai,

                “Cabut nyawanya anak muda” kata Pak tua itu dengan tenang

                Aku hanya terus berusaha meraihnya, seolah semakin menjauh, dan wanita itupun terlihat makin kesakitan, kakek itu sibuk mengobati pendarahan anak kecil tadi, sambil sembari melihat kearah wanita itu dengan tatapan cemas,

                “Cabut nyawanya nak, apa kau ingin melihat dia terus kesakitan seperti itu? Antarlah dia ketempat yang seharusnya, tempat yang lebih baik..”

                Aku terbangun perlahan, berjalan tertatih kearahnya, sambil terus meneteskan air mata, kemudian dibelakangku orang tua itu mengikuti,

                “Rengkuh dia nak, Cabutlah dia dengan kasih sayangmu”
                “Bagaimana bisa?” aku bingung dan masih belum percaya semua ini terjadi
                “Kau adalah satu satunya yang berhak mencabut nyawanya”

Belum sempat aku menjawab sepertinya wanita itu sadar akan kehadiranku di dekatnya, seperti mengenaliku dia menatapku dan berkata,

                “tak apa, ambillah...aku merelakannya untukmu..” seolah dia meyakinkanku.
Aku hanya menangis dan melihat kearahnya dengan tatapan yang dalam seolah tak ingin membiarkannya pergi, namun pak tua itu menyuruhku,

                “yakinlah..dia pasti ditempatkan ketempat yang lebih baik..percayalah padaku”
                Aku terdiam sejenak kemudian kupegang kedua tangan di dadanya semua melihat kearah wanita itu, kemudian aku melihat seperti cahaya yang terang namun tak menyilaukan, rasanya hangat keluar dari tubuhnya, putih bersih, tak ternoda sedikitpun,

                “indah bukan, kematian tidak seperti yang kau kira...”

                Aku hanya terheran dan airmataku terbendung sejenak, cahaya itu melayang keara pak tua itu, mengitarinya sesaat, kuliahat kearah kakek malang dan anak bayi itu, memastikan mereka tak apa apa, kulihat kesedihan dimata mereka, anak itu terus menagis, mengerang kesakitan, aku merasakan kesedihan mendalam di matanya, sama sepertiku... dia memang aku, aku yang lemah, dan tak berdaya ini.

                Pak tua itu berjalan kearah kesisi yang lain diikiti cahaya tadi, kemudian cahaya itu menari mengitari anak itu, seperti mengatakan salam perpisahan terakhir kali, beranjak dari situ, pak tua mengajakku pergi,

                “Ayo nak, tugasmu sudah selesai, mari ikut aku akan kuberi kau sesuatu”

                Pak tua itu beranjak pergi kearah pintu depan, diiringi cahaya yang mengiringinya, akupun terpaksa beranjak, aku mengikutinya pergi dengan tertunduk, sebelum mengikutinya keluar, aku menghentikan langkahku, aku menoleh kearah mereka dengan tatapan sayu, yang terlihat hanya duka, sakit, dan kesedihan, sangat terasa ditubuhku, hatiku seperti dilubangi, kemudian pemandangan itu mulai memudar, aku beranjak dalam kesedihan, namun aku masih tak mengerti, kejadian seperti ini tak pernah ada dalam memoriku, aku sama sekali tak bisa mengingatnya, semua seolah berlawanan dengan apa yang aku ketahui, siapa ayahku yang sebenarnya, kakektua itu, dan semuanya tentang kejadian ini, aku merasa hilang...

Namun aku terpaksa pergi..

Aku berjanji aku akan menjadi jauh lebih kuat dari hari ini...esok lusa atau kapanpun...

Terdengar pak tua itu berkata lirih..

“ini sudah waktunya...untuk mu yang terpilih...”
               
                


Sabtu, 22 Oktober 2011

strings 2 : The Door (part 2)


                Pandanganku kabur, tak bisa aku kontrol diriku lagi, terlihat seseorang menghampiriku, perawakannya tinggi, besar dan memakai baju hitam compang camping, dia mengulirkan tangan padaku seolah ingin membantuku bangun. Dalam keadaan ini waktu seolah terhenti, kemudaian aku sadar aku berada didalam ruangan yang gelap gulita, aku hanya bisa melihat hitam disekelilingku. Aku mencoba berlari, namun rasanya ruangan ini tanpa ujung, kemudian terdengar suara.

                “ mau kemana kau? Lari dari dirimu sendiri” kata suara tak bertuan
                “siapa kau, apa mau mu”
                “siapa aku? Apa kau tak mengenalku? Kau tak ingat padaku” serunya
                “aku tak perduli siapa kau!!! Bajingan!! Jgn permainkan aku!!” seruku penuh amarah

                Kemudian suara itu lenyap, aku mulai putus asa, aku merasakan kesediahan dan kesepian dalam ruangan gelap ini, aku tersadar bahwa itu adalah perasaan yang aku rasakan selama ini, aku tak punya seorangpun untuk berbagi, kemudian dari ujung kegelapan aku melihat sebuah titik dan kemudian aku bangkit dan terasa kakiku menuntun kearah cahaya itu, kulihat ada pola hitam, aku kira itu membentuk sebuah pola, pola yang tersusun rapi membentuk sebuah aksen pada pintu bercat hitam, kemudan perlahan suara dari dalam seperti memanggilku, perlahan aku buka pintu itu, aku berharap pintu ini akan membawaku pulang.

                Cahaya putih menyelimutiku seiring terbukanya pintu tadi, bukan menuntunku kembali ke auditorium paman Gilberts, namun pintu ini malah menuntunku kesebuah ruangangan aneh. Ruangan itu hampir sama seperti ruangan tadi, namun disekelilingnya terlihat banyak ektoplasma berbentuk seperti wajah yang sedih beterbangan mengelilingi riuangan. Anehnya diujung ruangan aku melihat sorang kakek berjenggot panjang, pakaiannya serba putih, seperti ahli spiritualis yang sangan akrab dengan Tuhan. Membosankan..

                Aku tersadar, aku harus menanyakan bagaimana aku bisa kemnbali ke auditorium tempat awalku tadi, aku menghampirinya, aku terkejut. Aku seperti bisa membaca apa yang dia katakan walaupun bibirnya sama sekali tak bergeming sedikitpun.

                “bagaimana perjalananmu?”

                “perjalanan apa orang tua?” kataku, anehnya kita seperti bicara dengan menggunakan telepati

                “apa yang kau lihat diruangan tadi?”

                “jangan bodoh pak tua, apa yang ku lihat katamu?, aku tak melihat apapun, hanya hitam”

                “kau benar hanya hitam disana”

                “lantas apa?” kataku bingung 

                “itu kau, hatimu”

                “aku tak mengerti jelaskan padaku” timpaku penasaran

Pria itu hanya tersenyum kecil padaku, tanpa memberitahuku apa apa, aku tak mengerti apa yang dia maksud.

                “dengar anakku, dunia ini sudah membusuk, terlalu banyak manusia yang tak mengerti apa tujuan hidupnya, mereka hanya menginginkan dunia, padahal mereka bukan apa apa dimata sang agung, kalau dia mau, dia bisa menghancurkannya sebelum matamu sempat berkedip. Apa kau tau apa kematian itu..? seberapa hebat dia?”

                “tidak aku tak mengerti pak tua..”

                “mendekatlah kepadaku” sambil merendahkan dirinya, aku menyambut padanya

                “apa kau tahu, apa tujuanmu didunia sana?”

                “tidak..”

                “memang benar makhluk seperti kalian tidak tahu apa apa, baik lah kuberi tahu kau satuhal, sebentar lagi duniamu akan hancur, gunung akan beterbangan, langit akan patah seperti sayap burung yang tersambar petir, bumi akan terkoyak, dan semua dari kalian akan lenyap tak tersisa sedikitpun, bahkan jagat raya akan menangis..”

                “aku tak perduli aku hanya ingin kembali ke dunia busuk itu”

                “bukankan kau ingin pergi dari dari dunia itu, bukan kah itu maumu” tegasnya

                “ku beri tahu kau, orang tua ini adalah seseorang yang akan mencabut nyawamu..”lanjutnya

                “jangan bercanda!!! Kau terlalu lemah untuk seorang malaikat mau”

                “ya mungkin saja, kau tahu saat sang Agung memperlihatkan AL-Maut padaku seluruh alam semesta jatuh tersimpuh dan terbangun 1000 tahun setelahnya, apa kau sanggup menghadapi kematianmu ?” seraya menatapku tajam

                “aku bahkan tak kenal DIA, apa perduliku persetan dengan semuanya, Dia tak memberiku apapun hanya sakit dan kesengsaraan, dan menaruhku di dunia BUSUK!!!”

                Tak sadar aku pun tertahan, tubuhku gemetar, aura mengerikan keluar dari tubuh orang tua itu seolah ingin memperlihatkan AL-Maut yang menidurkan 1000 tahun alam semesta padaku, tubuhku serasa dikoyak koyak pedang panas, terbakar habis oleh murka yang tak tampak olehku. Aku meringkuk ketakutan

                “hmm..” gumamnya

                “itukah keangkuhanmu tadi?, ituklah amarahmu tadi, tidak kah kau tau rasa takut yang kau rasakan itu bahkan tidak lebih dari sebagian kecil ujung kuku mu..?”

                Aku tak bisa berkata kata, mengerikan sekali, mungkin aku satu satunya manusia yang pernah merasakan hal ini..

                “kau adalah yanag terpilih, namun hatimu belum kuat, kau harus membayar apa yang telah kau dapatkan”
                “apa itu? Aku bahkan tak mendapatkan apa apa darimu”
                “apa kau ingat 13 tahun lalu? Saat kau masi anak anak? Bukan pada ku tapi pada ibumu”
                “apa maksudmu, bagaimana kau tau tentang ibuku?”
                “apa ketakutan yang kaurasakan tadi tidak cukup untuk meyakinkanmu bahwa aku bukan hanya seorang lelaki tua?”

                Sesaat aku teringat beliau, aku sangat menyayanginya meski sekarang Pria mamuakkan itu sudah mempunyai wanita baru, tak ada yang bisa menggantikan dirinya, tapi aku masih tak bisa ingat apa yang terjadi 13 tahun yang lalu...
Yang teringat olehku hanyalah dia meninggalkanku begitu saja dari dunia ini.. aku ingin mengingatnya tapi yang keluar hanya air mata menetes dari mataku..

                “tenanglah, itu bukan salahmu..dia melakukan itu untuk melindungimu, agar kau bisa lebih menghargai hidupmu.. akan kuceritakan semua.. ayo ikut denganku, aku akan tunjukan apa yang sebenarnya sedang terjadi..”

                Aku masih menangis, masih teringat ibuku yang meninggal 13 tahun lalu, dia yang selalu memainkan piano untukku, dia yang selalu dikhianati ayahku, dia yang selalu ada untukku..

“Apa hubungannya dia dengan semua hal aneh ini?” gumamku dalam hati...       

Minggu, 16 Oktober 2011

strings 2 : The Door


                Dua minggu telah berlalu dari kejadian Pak Tua itu, aku berusaha melupakan kejadian aneh belakangan ini, hidupku kembali seperti biasanya. Kadang aku bersyukur  aku bukan Pak tua itu, setelah kejadian itu entah kenapa aku lebih memahami diriku, diriku yang sombong pada tuhan.

                Seperti yang kubilang tadi, aku kembali ke kehidupan ku, rutinitas yang sangat padat dan monoton, aku seorang penulis dan aku juga seorang musisi. Belakangan terdengar di balai kota akan mengadakan pertunjukan besar. Jadi kupikir aku akan berpartisipasi dalam acara borjuis itu. Walaupun itu sama sekali sangat membosankan, minum minum, percakapan sombong tentang kekayaan, wanita, dan wewangian membosankan dari aroma tubuh mereka. Entah kenapa ayahku sangat senang di lingkungan seperti itu.

                Sehari sebelumnya, ayah memberitahuku tentang acara itu, dia mengatakan padaku kalau aku akan mengisi acara itu dengan solo piano, sebenarnya aku tak mau, namun dia memaksaku, sangat menyebalkan, sudah kubilang aku bermain piano untuk diriku sendiri. Namun berapa kali kubilang di hanya acuh, aku terpaksa.

                Hari ini aku disuruh dia menemui seseorang, orang ini adalah kenalan ayahku, biasanya kenalannya hanya orang orang aneh dengan kepribadian yang menyebalkan, sebenarnya aku tak mau bertemu dengannya, namun aku tak bisa menolak, karena ini ada hubungannya dengan piano dan musik.

                Setelah kuhubungi, dia menyuruhku beranjak ke taman kota, di bilang ingin berbincang denganku, cuaca hari itu dingin dan sedikit bersalju. Setelah menggunakan mantel berbulu yang tebal aku beranjak ke taman kota dengan berjalan kaki, di sepinggiran jalan banyak sekali para faqir dan miskin berjejer rapi menyodorkan kaleng berisi recehan, kemudian lagi lagi aku teringat dengan pak tua malang itu, aku berhenti. Kuberikan roti yang tadi kubawa sengaja untuk mengisi perut, namun tak apa lah, aku tak mau kehilangan kesempatanku menyelamatkan seseorang, mengingat aku tak terlalu banyak berinteraksi dengan orang disekitarku. Aku memang penyendiri, hanya saja aku tak mau kehilangan kesempatan yang sama.

                Setelah beberapa saat terdiam, kusebrangi jalan dengan hiruk pikuk kendaraan kala itu, karena masih memikirkan kejadian itu, aku tak menyadari ada kendaraan lewat dari tikungan dan berlari kearahku, sangat kencang, aku hanya bisa melihatnya tak ada ekspresi, namun tiba tiba ada seseorang dengan baju lusuh mendorongku dari belakang, aku tersungkur mendekati pinggiran jalan, semua tiba tiba seberti berlalu begitu saja, kerumunan mengerumuni orang berbaju lusuh itu, aku bingung,yang kulihat hanya recehan dan serpihan roti yang berhamburan,  kepalaku berputar. Seseorang beranjak kearahku menanyakan keadaanku. Aku hanya menggelengkan kepala.

Setelah beberapa saat aku lari ketakutan seperti dikejar sesuatu,
hanya berlari kedepan, setelah tersadar, aku sampai ditaman kota. Mungkin naluriku yang menuntunku kemari. Aku kelelahan, mungkin karena aku lari dari kerumunan tadi, tiba tiba ada seseorang memberiku minuman.

“ini minumlah..Sepertinya kau kelelahan?”
“...”
“ambilah tak usah sungkan sven...”  aku menerima air pemberiannya
“sepertinya kau dikejar sesuatu..hari yang melelahkan? Kuharap kau tidak terlalu lelah untuk bermain piano”

Aku hanya terdiam dan meneguk air pemberiannya tadi, aku diajaknya berkeliling taman, dia bercerita banyak hal namun aku tak sempat menanyakan namanya.. mungkin seseorang dengan nama Gilbert atau semacamnya, dibawanya aku kesebuah aduditorium musik, dia bilang ini miliknya, pemberian dari kakeknya dahulu.

Setelah beberapa lama berkeliling dia memintaku untuk memainkan sebuah lagu, kemudian kumainkan dengan lembut piano itu, dia hanya terdiam dan memperhatikanku dari bawah, dia tak terlihat antusias atau semacamnya, aku tak mengerti, selama ini aku bermain hanya untuk diriku sendiri, belum pernah sedikitpun aku berpikir untuk bermain untuk orang lain.

Setelah selesai, dia berdiri dan berkata,
“sven jika kau ingin bermain, tidak akan ada yang melarang tapi setidaknya berpikirlah untuk bermain untuk orang lain”
“....”
“mungkin sebaiknya kau mainkan lagu yang belum pernah ku dengar sebelumnya, agar aku tahu siapa dirimu...”

Aku hanya berpikir, hanya lagu tadi yang sering kumainkan, selama ini aku hanya bermain tanpa syair, bahkan tanpa lagu. Aku teringat sesuatu, suara itu, kejadian itu, aku mendengar seperti alunan lagu yang terdengar sedih namun indah, kupikir aku mengingatnya, aku mencoba membawakan lagu itu dengan sungguh sungguh, kutarik nafasku kupejamkan mata, kumulai lagu itu dengan perlahan. Kemudian entah kenapa aku seperti tahu lagu ini, seperti aku sering memainkannya..

Kemudian tak lama aku mainkan, aku mendengar teriakan yang sangat keras.. kulihat kearah Gilberts gia seperti kesakitan, entah kenapa aku hanya terdiam melihatnya. Dia makin terlihat kesakitan, aku panik, entah bagaimana aku harus menolongnya badanku tak bisa bergerak, tanganku terus memainkan lagu ini, aku menangis tanpa sadar aku menitihkan air mata. Aku tak bisa mengendalikan diriku..

Apa yang sedang terjadi...

-to be continued-

Rabu, 12 Oktober 2011

Strings 1 : the Death (end)



                Esok setelahny, setelah fajar dihidupkan kembali, ku putuskan untuk pergi kesebuah tempat, aku bergegas, karena saaat itu hujan lebat. Kupersiapkan payung untuk pergi ke tujuanku, hujanpun semakin deras mengguyur, langitpun menjadi bertambah gelap, tak ada cahaya sedikitpun dilangit, yang terlihat hanya gumpalan hitam yang sekan menjegal sinar matahari dan ditahan dilangit.

                Hari itu berjalan seperti biasanya, kurasa hujan akan berlangsung sampai malam kala itu, sepulangku dari tempatku tadi, aku beranjak pulang, sampai akhirnya aku sampai di depan sebuah gedung tua, gedung tua itu hanya berdiri sendirian, tak ada bangunan lain seolah tak ada yang mau membangun gedung disekitarnya, hujan semakin lebat, aku meneruskan jalanku namun tiba tiba terdengan suara rintihan kesakitan dari arah gedung, semula kupikir itu hanya halusinasiku saja, kemudian tak kuperdulian, biarkan saja pikirku. Namun semakin kudengar rintihan itu semakin keras, terasa pedih sekali, aku terdian sebentar, memastikan itu bukan halusinasiku saja.

                Kutupuskan untuk membuktikan firasatku, sesampainya dipelataran gedung, kakiku terhenti, suara itu terdengar semakin menjadi jadi, mataku terbelalalak, aku mulai ketakutan, ada apa dengan perasaan ini, rasanya aku pernah mengalaminya, dia disini, aku tau DIA disini, dekat, seolah memandangku dari sudut yang tak terlihat, tapi entah kenapa kakiku terus melangkah menuju kearah gedung tua itu, seolah dia ingin memperlihatkan sesuatu.

“siapa disana...?”
teriakku diiringi gaung dari pantulan dingding dinding gedung tua itu.

kemudian terdengar teriakan yang terdengar lirih, kuperhatikan sekeliling ruangan. Kemudian kutemukan sosok yang sama sekali tak aku kenal..

                Aku mendekatinya dengan penuh pertanyaan, kulihat dia, kuperhatikan wajahnya ekspresinya sangat menakutkan, seperti melihat sesuatu yang mengerikan, dia hanya terpekik, seperti akan kehilangan kesabaran, tubuhnya kurus, hanya ada sedikit daging ditubuhnya, matanya terbelalak lebar menatap keatas, bajunya Kumuh compang camping, baunya sangat menyengat. Sementara aku memperhatikan dirinya, dia seolah ingin mengatakan sesuatu.

                Namun sangat sulit sekali terdengar, yang kuingat dia menyuruhku untuk lari kala itu, aku hanya bingung, yang terpikir dibenakku hanya membawanya pergi dari sini dan meminta pertolongan. Kugendong dia, tak begitu berat mengingat tubuhnya terlihat hanya seperti tulang yang terbungkus kulit, aku lari dia hanya meringkuk di gendonganku, berkali kali dia mencoba mengatakan sesuatu..

“aa..kkuu..melihat..kee..mmaa..tiiaaann..”

                Hanya lirih terdengar dia seakan belum selesai mengatakannya, aku menggoyangkan tubuhnya agar kesadarannya tetap terjaga sampai aku menemukan pertolongan, namun yang terjadi dia malah ketakutan melihatku, mungkin dia sangat kesakitan. Entahlah aku tidak tahu apa yang terjadi, aku hanya bisa berbuat sebisaku, sampai akhirnya ada seseorang datang dan menolongku mencari pertolongan dari rumah sakit. Dia membawanya kesebuah rumah, digendongnya orangtua tadi, aku hanya tersungkur, badanku sangat berat, sensasi ini... aku pernah merasakannya.

                Semuanya menjadi gelap, pandanganku berbayang, sekujur tubuhku menggigil. Seketika aku tak melihat apapun, hanya hitam.

                Terdengar seseorang membisikiku.

“apa kau melihatnya...?”

Hanya itu yang sempat terungat olehku, entah kenapa aku tidak bisa bicara lagi, mulutku terkunci, didimensi hitam ini aku tidak meliahat apapun, semuanya kelap.

                “Apa aku sudah mati?” tanyaku dalam hati, terasa berat kepalaku. Kemudian ada cahaya putih didepanku, kesadaranku berjalan kearanya, kemudia menjadi besar cahaya itu. Kemudian aku melihat sesuatu, sepertinya aku mengenalnya.. Ruangan ini..Piano itu..

Kemudian kutemukan diriku terbaring lemas diatas ranjangku. Aku tak mengerti, siapa dia? Apa yang sebenarnya ingin dia katakan padaku...Entahlah... setiap kali aku mengingat itu, pikiranku seperti buntu, dan sensasi menyeramkan itu seolah menjalar di tubuhku tiap aku aku mengingatnya.
 Sebenarnya apa yang sedang terjadi padaku.. 

Strings 1 : the Death



Elegi dari kematian menyambut malam, yang aku tau kematian itu sakit, mengerikan, namun lebih indah dari pada hidup disini, hidup didunia yang menjijikkan ini, dunia yang tidak mau berbagi denganku, andai aku bertemu, akan aku jadikan malaikat maut menjadi temanku, dan membawa serta orang orang yang aku cintai pergi dari dunia yang mengerikan ini, bahkan hewan hewanpun merelakan hidupnya untuk menggantikan nyawa para manusia dari pada hidup di dunia yang semakin menyeramkan ini, kalau mau bahkan mereka bisa menyantap kita untuk hanya hidangan pembuka, mereka itu buas, tapi kalah buas dengan kita. Hanya kematianlah yang bisa membuktikan kalau kita lebih keji dari hewan.

Terpikir dibennakku, aku ingin mati saja, namun apa hanya itu saja, apa yang aku pikirkan sebenarnya? Hanya karena ingin terbebas dari dunia ini, dunia yang tidak menganggapku sama sekali, aku tak diperhitungkan, tak ada harganya...

Piano,aku mainkan lagu malam itu, hanya untuk menghibur hatiku yang hitam dan sudah membusuk, mungkin ini yang dinamakan mati, meski ragaku masih bernyawa, aku sudah tidak bisa merasakan apa apa lagi, kosong, tak tersisa sedikitpun.

Malam itu, aku bertemu dengan kematian, Indah dalam arti harafiah, tak pernah sesenang ini aku berjumpa dengan dirinya, dalam hidupku hanya ada putus asa dan sebuah emosi yang entah aku tak tau apa namanya. Dia menghampiriku malam itu, malam dimana diriku hanya sendiri, termangu, tertatih, tanpa tujuan hidup. Titik hitam didepanku memudar, namun membesar bersamaan dengan lunturnya kesadaranku. Aku tak bisa bergerak, dia datang padaku, aku masih ingat dia membisikkanku sebuah nama, kemudian bergetar sekujur tubuhku lemas tak berdaya, bagai dicabik ribuan pedang dalam sekejap, aku melihat sosokNya, samar samar.

Tak lama setelah itu..


Aku terbangun, tergolek lemas diatas ranjangku, aku bermimpi, namun perasaan terguncang ini masih terasa ditubuhku, bergetar hebat, peluh mengalir dengan derasnya seakan aku masih diawasi, namun aku tak bisa mengingat namanya, siapa dia?

Aku bergegas bangun kala itu, perlahan menuju kesebuah ruangan, kubilas mukaku agar pikiranku menjadi jernih, perasaan itu.. mengerikan, bisikan itu masih terngiang dikepalaku, berputar putar tapi aku masih tak bisa mengingatnya, perasaan aneh ini terus menggerumutiku seakan memakan habis kesadaranku malam itu. Kuliahat wajahku dicermin, menyedihkan, wajah orang yang sangat ketakutan, terdiam agak lama aku memandangi cermin seolah ragaku terpaku disitu.

Aku berfikir, apa aku sudah mati? Ada apa denganku? Ada apa dengan dada ini? Sesak sekali.. terasa sakit yang luar biasa, siapa sebenarnya dia?

Aku menoleh ke sekelilingku, seolah semua berputar, aku seolah mendengar sesuatu, alunan biola ini, lirih, lembut, menyibak kesunyian, namun bukankah aku hanya sendiri diruangan ini. Kuputuskan untuk duduk didepan pianoku, ku iringi laju gesekan biolaNya, soalah kita bernyanyi, sebuah nada kesedihan, kesengsaraan, murka, dan petaka. Ini pertama kalinya aku bernyanyi dengan kematian seolah dia ingin menyapaku dengan hangat.

Aku baru sadar sensasi ini berbeda dengan yang tadi aku rasakan, ini bukan Dia lagi, kali ini berbeda, sensasinya memberku rasa tenang, seperti membawa kehidupan dalam “kematianku” ini. Suara itu kemudian melirih dan beranjak pergi, alunan pianoku pun berhenti seolah mengantar kepergiannya, kupejamkan mataku. Aku melihat samar wajah itu.. Siapa dia...


Selasa, 11 Oktober 2011

Violin Meets Piano : Prologue


Sore menjelang, fajar mulai turun dari tahtanya, namun kehidupanku hanya seperti ini saja, seperti berhenti di sebuah titik dan tak kan bisa maju lagi, semua orang berharap bisa memutar waktu, namun hal itu tidak ada gunanya untukku, entah untuk masa lalu atau masa depan, aku yang sekarang tak mempunyai tujuan hidup. Menyedihkan sekali, seperti sampah yang bahkan diacuhkan dari lingkungan sekitar, aku tak memiliki siapapun untuk berbagi, bahkan aku tak berani menyapa dinding didepanku.

Bagaimana dengan keluargaku?keluargaku adalah  keluarga yang mendambakan kesempurnaan, mengharapkan semua yang dilakukan harus sesuai dengan yang diteorikan, jijik sekali aku menjalani hidup seperti ini, seperti memakan sesuatu yang tak ingin kau makan, namun aku sedikit berusaha, menjalani apa yang menjadi beban dan tanggunganku, mungkin ini jalan tuhan yang dibebankan untukku, agar melengkapi hitam diantara sejuta warna warni dibumi. Menjadi warna hitam tidak lebih menyedihkan dari pada abu abu, seolah hidup diantara kematian. Siapa bilang hidup ini kejam? Kalian bahkan belum pernah merasakan menjadi diriku, seorang pecundang yang tidak diharapkan dan di inginkan siapapun.

Kebanyakan rencana dikehidupanku tidak berjalan lancar, bahkan hancur berantakan, bahkan kalau kalian bertanya tanya kenapa bisa begitu, mungkin ya inilah hidupku, kehidupan seorang yang dibuang dari kumpulan yang terbuang, bahkan hidupku mungkin lebih murah dari seribu rupiah, andai aku bisa menjual hidupku, mungkin akan kukembalikan pada tuhan. Karena aku tak menginginkannya lagi. Ambilah..
Namun setidaknya aku punya satu alasan untuk terus hidup disini, DIA, ya dia hanya dia aku mau untuk hidup, aku ingin setidaknya menebus kesalahanku pada DIA, Dia bukan siapa siapa, hanya wanita yang mau memberi kehidupan padaku, mengajakku bicara, dan membiarkanku untuk memilih apa yang aku mau, yang jelas dia bukan ibuku, bukan seperti seorang ibu, bahkan lebih baik dari itu.

Seperti yang kukatakan sebelumnya, hidupku tak pernah berjalan seperti rencanya, mungkin kadang kala itu kelihatan lebih baik dari rencanaku sebelumnya dan aku patut bersyukur pada Nya, ini membuktikan kalau TUHAN masih mau membuatku tersenyum. Putus asa tak pernah terpikir dalam benakku ataupun terpintas dalam kehidupan malangku, mungkin ini caraku satu satunya untuk mensyukuri dan menik mati hidupku atau bahkan hanya sekedar mengucap terimakasih untuk tuhan dan kadoNya itu. Kadang kala aku berpikir, setidaknya hanya ini yang lebih membuatku berharga..

Aku biasa, aku bukan siapa siapa, bahkan aku gagal dengan hidupku, keluagaku bahkan aku tak memiliki teman seorangpun, aku hanya bisa tertawa dan merintih dalam hati, mereka hanya lewat dan kemudian menyingkirkanku, bagiku tak ada seorangpun yang dinamakan teman, sahabat, bahkan Cinta sekalipun, sampai aku bertemu dengannya...

Minggu, 09 Oktober 2011

SUPER MEDIA : era dimana manusia "hanya" duduk didepan layar Kaca

malem ini gw gak bisa tidur lagi, insom gw mungkin udah sampai taraf nauzubillah mindzalik, pola makan dan tidur udah acak acakan kerjaan gw paling cuma kuliah, pulang, makan, pergi main, tapi 60% gw abisin di 2 layar yaitu TV dan Laptop kesayangan gw.

Di era kayak sekarang ini manusia udah jadi males malesan, salah satu buktinya lo bisa liat sendiri dikaca kamarlo, bukan cuma "dia" aja sampai emak gw pun bisa bisanya nongol di fb cuma buat komeng status gak penting gw, dan itu gak cuma sekali, BERKALI KALI.

kalo gw pikir pikir, hidup gw cuma abis di buku sama Layar doang, dari kecil sampai sekarang gak pernah seharipun kayaknya gak ngeliat muka kotak tivi, tapi herannya selama 18 tahun ini gw gak pernah ngerasa bosen namanya liat TV, mungkin itu kali ya efek dari modernisasi ato gw lebih suka neybut dengan istilah "SUPER MEDIA".

kenapa gw namain "SUPER MEDIA"? Kenapa dengan MEDIA?

kata super, mungkin bisa diasumsiin dengan sesuatu yang hebat, keren, dan lebih dari biasanya atau diatas rata rata, mungkin dari harafiah kata ini gw ambil yang nomer 3 buat fenomena "SUPER MEDIA" ini. Karena memang menurut gw fenomena Media yang gw liat udah sangat diluar perkiraan manusia gw, gw gak ngerti gimana kalo effeck social media ini udah ada di ERA perang dunia 1 atau 2, mungkin HITLER beli tank lewat twitter kali ya. *joke

kata media, menurut gw media itu menggambarkan sebuah perantara dari informer ke median, itu artinya media bisa disampaikan sebagai alat. lo bisa liat di facebook atau Twitter gimana "ALAT" itu bisa merasuki bahkan kehidupan pribadi lo atau mungkin malah jadi kepribadian lo sendiri atau juga mungkin gw.

dari uraian gw diatas bisa diambil kesimpulan bahwa SUPER MEDIA merupakan effect dari Media yang begitu besar dalam kehidupan user media, bahkan sudah mendarah daging.
Pada udah kerasa kena effect SUPERMEDIA belom?
Fenomena "SUPER MEDIA" ini dirasakan mulai abad 20 ini, dulu sebelum tahun 2000 ngabarin keluarga diluar kota susah banget, gimana ggak, dulu hape masih harganya jutaan untuk ukuran Nokia 3315 atau bahkan saat ERICSSON masih belum dilamar sama SONY. Namun kalo liat sekarang informasi mengalir begitu cepatnya bahkan sadar atau enggak lebih cepat dari pada detak jantung kita, bayangin aja setiap detink terjadi lebih dari 1000 twit baru di "twit-kan" oleh para usar twitter.  nggak cuma itu aja, Fenomena ini nggak cuma mempengaruhi aspek dilingkungan kita bahkan mempengaruhi sudut pandangan orang tentang AGAMA, bahkan kalo kita cermati banyak lho temen temen kiata yang menganggap TUHAN itu mempunyai akun facebook, maksudnya gimana? yap kalau kalian pada perhatiin di home banyak sekali status kira kira kayak gini "Tuhan..berikanlah aku JODOH ohhh TUHAN".

Pertumbuhan dan kebutuhan media 10 tahun terakhir meningkat sangat pesat, kalo dalem ilmu akuntansi Fenomena ini sangat berpengaruh pada perolehan harga, dimana sangat banyak permintaan akan mempengaruhi nilai harga dalam barang satuan, well mungkin itu yang menjadikan sekarang banyak banget gadget, social Network, dan applikasi yang variasi dan jumlahnya buanyak banget.

Disatu sisi, hal kayak gitu memang memiliki positif terutama media bisa memudahkan kita memperoleh informasi penting, namun lambat laun kita sebagai user sadar atau enggak udah dijadiin SAPI perah oleh MEDIA bahkan oleh para DEVELOPER DEVELOPER diluarsana, gimana enggak, kita cuma tinggal duduk liat dan nggerakin jari jari lentik kita buat mendapatkan informasi.

Diperbudak sama media bukanlah hal baik kawan, permasalahannya adalah bagai mana media itu membentuk pribadi kita yang udah kebentuk dari lahir, sekarang pikir baik baik, bisa gak sih kalian kuliah gak bawa BB? bisa nggak sih 1 hari kalian gak update status? bisa gak sih kalian seminggu aja gak buka KASKUS? gw rasa itu bakal sulit bagi kita yang udah kadung addict sama yang namanya MEDIA.

Kenyataannya, Teman di akun SN kalian gak akan sama dengan jumlah teman dikehidupan nyata kalian, kehilangan sesuatu bukan hal yang mudah, baik itu teman, pekerjaan, kehidupan kalian diluar sana, apa lagi TUHAN, mungkin istilah kejamnya MEDIA KILL the GOD.

Mungkin sebagian dari kalian pernah denger istilah
jika ingin menemukan sesuatu, maka kau harus kehilangannya DULU
mungkin dari istilah bahasa bagus, dan kedengarannya puitis banget, but TRUST me itu sama sekali salah. gw bisa bilang bgitu karena gw udah ngalamin hal itu sendiri. karena media gw hampir kehilangan TUHAN. karena media gw hampir kehilangan TEMAN, karena media gw KEHILANGAN BANYAK KESEMPATAN diluar sana, so mungkin jika kalian baca tulisan gw sampai sini, kalian akan berpikir sama kayak gw, atau seenggaknya SADAR kalau hidup kita itu cuma muter muter di area yang sama terperangkap media.

jadi saran gw adalah ubah pola pikir kalian, apa yang kalian pengen di dunia ini, apa cita cita kalian?
mungkin kalimat terakhir yang bisa gw tulis adalah

jika ingin menemukan sesuatu, maka simpanlah sesungguhnya kita sudah mempunyai semua yang kita cari

well, mungkin cerita ocehan basi gw bisa sedikit menggeser pandangan hidup kalian, MEDIA diciptakan untuk memudahkan bukan untuk membuat hidup kita menjadi "MUDAH"

Jumat, 07 Oktober 2011

remake COLORING part 1 : Sorrowkid

sebelumnya pgn ngepost gambar baru,
cuman karena jadwal kuliah padet coba coloring aja :D



Bagaimana Selanjutnya :D




demikian :D sekian dan terimakasih :P

Rabu, 05 Oktober 2011

AYTINGLICIOUS : Fenomena ayu ting ting

hola hola :D
gimana kabar kalian semua, eaaaa majalengka digoyang, cirebon digoyang, sidoarjo tenggelam #oops
well disini gw cuma sedikit share aja tenteng fenomena yang fenomenal yang belakangan ini marak di TV yah siapa lagi kalo bukan AYU TING TING wow, dengan lagunya salah alamat, jangan salah lho doi udah ada lagu bahasa inggris nya :D

♪♫ Going there and here bringing the address. *jeng jeng
But, the one I met wasn't him, baby!
The one I got was the Fake Address ♪♫

♪ Beautiful Ting-Ting - Fake Address. (Ayu Ting-Ting - Alamat Palsu)



ditengah badai maraknya gontoh gontohan DPR  dan KPK, penipuan pulsa yang bikin gerem, wajah ayu ting ting masih menghiasi TV *eciehh *MIMISAN. Bumingnya ayu ting ting menjadi angin segar dong bagi perdangdutan, ya kan denger gak sih yang berita pencekalan SUSU SUSU itu wkwkw, aneh ya jualan SUSU kok dilarang, BINAL
well lupakan omongan mesum gw yang pgn gw bahas disini cuma si ayu ting ting, cewe depok ini lagi demen demennya nih ditivi, internet, media masa, dan media media lainya. siapa sih ayu ting ting? pasti penasaran kan sama doi :D


kita gerayangi pelan pelan,


ayu tiuing tuing, haha sebenernya jadi penyanyi tuh udah lama, doi udah ngeluncurin lagu "alamat Palsu" itu sebenrnya dari 2007 lalu, namun belakangan lagi tenar tenarnya nih dari iklan hape hapean yang sering nongol ditipi, menurut gw sih dia terkenal gara gara "kemanaaa kemanaa" nya OVJ hahah makanya lagu doi jadi tenar tapi itu menurut gw *CMIIW, 


NAMA ayu tingting, itu awalnya dari nama salah satu lagunya dia "TING TING" jadi dijadiin nama sama doi soalnya pedangdut namanya ayu udah banyak. so jadi doi menetapkan namanya jadi "AYU TING TING". 
kalo menurut gw sih ya doi punya attitude yang lumayan bagus, low profile dan gak suka jualan DUREN, doi lebih mengedepankan kualitas VOCAL nya dari pada TUBUHnya padahal ngiler juga kalo liat bodyna terus terusan, btw doi jomblo lho hahahay, sekarang siapa coba yang ggak mau ama doi, TAJIR iya, SEKSEH iya, SUARANYA BEUHHH serak serak crot basah kwkwkwk.. baik pula

biodata :

Location :
Depok, Indonesia

Birthday :
June 20, 1992

Biography :
Nama : Ayu Tingting
Tempat/tgl lahir : Depok, 20 Juni 1992
Profesi : Penyanyi Dangdut, Presenter, Model
Tinggi badan : 160 cm
Berat badan : 45 kg
Album : Dangdut (Rekening Cinta), Goyang Sejati (ANTV), Dangdut Yoo (TPI), Kamera Ria (TVRI), Dangdut Pro (TVRI)

Awards :
Bintang Sari Ayu 2006, Putri Depok 2006, Mojang Depok, Presenter Kuis (ANTV), Album Dangdut (Geol Ajep2)



nah tuh doi juga berprestasi kan..oia sedikit cerita tadi gw sempet ngakak baca di kaskus ada fanspagenya segala 
ckckkcc, gak di twitter, gak di facebook, kaskus juga semua "kemanaaaaa kemaaanaaa kemaaaaaanaaa" yah begitulah indonesia, LATAH BUDAYA, mungkin masyarakat indonesia udah pada bosen lagu melayu, mulai bosen boy dan girls band kini saaatnya DANGDUT bangkit hahahahsiikk 


ada quote yang gw suka :
"dangdut udah gak jaman belah duren sekarang jamannya nanya alamat; kemanaaa kemannaaa kemanaaanaaa *jreng jreng"


well sebelom sign out gw mau bilang, ambil positifnya aja guys, yang suka tanyakanlah "kemaaana" yang gak suka jgn cuma mencaci karya orang TUNJUKIN KARYA LO, hahaha hargai karya anak bangsa

mau tau lebih banyak, banyak gambar, foto bening just klick >>>>>> : SUMBER <<<< FCnya ayu ting ting :D enjoy guys