Selasa, 11 Oktober 2011

Violin Meets Piano : Prologue


Sore menjelang, fajar mulai turun dari tahtanya, namun kehidupanku hanya seperti ini saja, seperti berhenti di sebuah titik dan tak kan bisa maju lagi, semua orang berharap bisa memutar waktu, namun hal itu tidak ada gunanya untukku, entah untuk masa lalu atau masa depan, aku yang sekarang tak mempunyai tujuan hidup. Menyedihkan sekali, seperti sampah yang bahkan diacuhkan dari lingkungan sekitar, aku tak memiliki siapapun untuk berbagi, bahkan aku tak berani menyapa dinding didepanku.

Bagaimana dengan keluargaku?keluargaku adalah  keluarga yang mendambakan kesempurnaan, mengharapkan semua yang dilakukan harus sesuai dengan yang diteorikan, jijik sekali aku menjalani hidup seperti ini, seperti memakan sesuatu yang tak ingin kau makan, namun aku sedikit berusaha, menjalani apa yang menjadi beban dan tanggunganku, mungkin ini jalan tuhan yang dibebankan untukku, agar melengkapi hitam diantara sejuta warna warni dibumi. Menjadi warna hitam tidak lebih menyedihkan dari pada abu abu, seolah hidup diantara kematian. Siapa bilang hidup ini kejam? Kalian bahkan belum pernah merasakan menjadi diriku, seorang pecundang yang tidak diharapkan dan di inginkan siapapun.

Kebanyakan rencana dikehidupanku tidak berjalan lancar, bahkan hancur berantakan, bahkan kalau kalian bertanya tanya kenapa bisa begitu, mungkin ya inilah hidupku, kehidupan seorang yang dibuang dari kumpulan yang terbuang, bahkan hidupku mungkin lebih murah dari seribu rupiah, andai aku bisa menjual hidupku, mungkin akan kukembalikan pada tuhan. Karena aku tak menginginkannya lagi. Ambilah..
Namun setidaknya aku punya satu alasan untuk terus hidup disini, DIA, ya dia hanya dia aku mau untuk hidup, aku ingin setidaknya menebus kesalahanku pada DIA, Dia bukan siapa siapa, hanya wanita yang mau memberi kehidupan padaku, mengajakku bicara, dan membiarkanku untuk memilih apa yang aku mau, yang jelas dia bukan ibuku, bukan seperti seorang ibu, bahkan lebih baik dari itu.

Seperti yang kukatakan sebelumnya, hidupku tak pernah berjalan seperti rencanya, mungkin kadang kala itu kelihatan lebih baik dari rencanaku sebelumnya dan aku patut bersyukur pada Nya, ini membuktikan kalau TUHAN masih mau membuatku tersenyum. Putus asa tak pernah terpikir dalam benakku ataupun terpintas dalam kehidupan malangku, mungkin ini caraku satu satunya untuk mensyukuri dan menik mati hidupku atau bahkan hanya sekedar mengucap terimakasih untuk tuhan dan kadoNya itu. Kadang kala aku berpikir, setidaknya hanya ini yang lebih membuatku berharga..

Aku biasa, aku bukan siapa siapa, bahkan aku gagal dengan hidupku, keluagaku bahkan aku tak memiliki teman seorangpun, aku hanya bisa tertawa dan merintih dalam hati, mereka hanya lewat dan kemudian menyingkirkanku, bagiku tak ada seorangpun yang dinamakan teman, sahabat, bahkan Cinta sekalipun, sampai aku bertemu dengannya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar