Sabtu, 22 Oktober 2011

strings 2 : The Door (part 2)


                Pandanganku kabur, tak bisa aku kontrol diriku lagi, terlihat seseorang menghampiriku, perawakannya tinggi, besar dan memakai baju hitam compang camping, dia mengulirkan tangan padaku seolah ingin membantuku bangun. Dalam keadaan ini waktu seolah terhenti, kemudaian aku sadar aku berada didalam ruangan yang gelap gulita, aku hanya bisa melihat hitam disekelilingku. Aku mencoba berlari, namun rasanya ruangan ini tanpa ujung, kemudian terdengar suara.

                “ mau kemana kau? Lari dari dirimu sendiri” kata suara tak bertuan
                “siapa kau, apa mau mu”
                “siapa aku? Apa kau tak mengenalku? Kau tak ingat padaku” serunya
                “aku tak perduli siapa kau!!! Bajingan!! Jgn permainkan aku!!” seruku penuh amarah

                Kemudian suara itu lenyap, aku mulai putus asa, aku merasakan kesediahan dan kesepian dalam ruangan gelap ini, aku tersadar bahwa itu adalah perasaan yang aku rasakan selama ini, aku tak punya seorangpun untuk berbagi, kemudian dari ujung kegelapan aku melihat sebuah titik dan kemudian aku bangkit dan terasa kakiku menuntun kearah cahaya itu, kulihat ada pola hitam, aku kira itu membentuk sebuah pola, pola yang tersusun rapi membentuk sebuah aksen pada pintu bercat hitam, kemudan perlahan suara dari dalam seperti memanggilku, perlahan aku buka pintu itu, aku berharap pintu ini akan membawaku pulang.

                Cahaya putih menyelimutiku seiring terbukanya pintu tadi, bukan menuntunku kembali ke auditorium paman Gilberts, namun pintu ini malah menuntunku kesebuah ruangangan aneh. Ruangan itu hampir sama seperti ruangan tadi, namun disekelilingnya terlihat banyak ektoplasma berbentuk seperti wajah yang sedih beterbangan mengelilingi riuangan. Anehnya diujung ruangan aku melihat sorang kakek berjenggot panjang, pakaiannya serba putih, seperti ahli spiritualis yang sangan akrab dengan Tuhan. Membosankan..

                Aku tersadar, aku harus menanyakan bagaimana aku bisa kemnbali ke auditorium tempat awalku tadi, aku menghampirinya, aku terkejut. Aku seperti bisa membaca apa yang dia katakan walaupun bibirnya sama sekali tak bergeming sedikitpun.

                “bagaimana perjalananmu?”

                “perjalanan apa orang tua?” kataku, anehnya kita seperti bicara dengan menggunakan telepati

                “apa yang kau lihat diruangan tadi?”

                “jangan bodoh pak tua, apa yang ku lihat katamu?, aku tak melihat apapun, hanya hitam”

                “kau benar hanya hitam disana”

                “lantas apa?” kataku bingung 

                “itu kau, hatimu”

                “aku tak mengerti jelaskan padaku” timpaku penasaran

Pria itu hanya tersenyum kecil padaku, tanpa memberitahuku apa apa, aku tak mengerti apa yang dia maksud.

                “dengar anakku, dunia ini sudah membusuk, terlalu banyak manusia yang tak mengerti apa tujuan hidupnya, mereka hanya menginginkan dunia, padahal mereka bukan apa apa dimata sang agung, kalau dia mau, dia bisa menghancurkannya sebelum matamu sempat berkedip. Apa kau tau apa kematian itu..? seberapa hebat dia?”

                “tidak aku tak mengerti pak tua..”

                “mendekatlah kepadaku” sambil merendahkan dirinya, aku menyambut padanya

                “apa kau tahu, apa tujuanmu didunia sana?”

                “tidak..”

                “memang benar makhluk seperti kalian tidak tahu apa apa, baik lah kuberi tahu kau satuhal, sebentar lagi duniamu akan hancur, gunung akan beterbangan, langit akan patah seperti sayap burung yang tersambar petir, bumi akan terkoyak, dan semua dari kalian akan lenyap tak tersisa sedikitpun, bahkan jagat raya akan menangis..”

                “aku tak perduli aku hanya ingin kembali ke dunia busuk itu”

                “bukankan kau ingin pergi dari dari dunia itu, bukan kah itu maumu” tegasnya

                “ku beri tahu kau, orang tua ini adalah seseorang yang akan mencabut nyawamu..”lanjutnya

                “jangan bercanda!!! Kau terlalu lemah untuk seorang malaikat mau”

                “ya mungkin saja, kau tahu saat sang Agung memperlihatkan AL-Maut padaku seluruh alam semesta jatuh tersimpuh dan terbangun 1000 tahun setelahnya, apa kau sanggup menghadapi kematianmu ?” seraya menatapku tajam

                “aku bahkan tak kenal DIA, apa perduliku persetan dengan semuanya, Dia tak memberiku apapun hanya sakit dan kesengsaraan, dan menaruhku di dunia BUSUK!!!”

                Tak sadar aku pun tertahan, tubuhku gemetar, aura mengerikan keluar dari tubuh orang tua itu seolah ingin memperlihatkan AL-Maut yang menidurkan 1000 tahun alam semesta padaku, tubuhku serasa dikoyak koyak pedang panas, terbakar habis oleh murka yang tak tampak olehku. Aku meringkuk ketakutan

                “hmm..” gumamnya

                “itukah keangkuhanmu tadi?, ituklah amarahmu tadi, tidak kah kau tau rasa takut yang kau rasakan itu bahkan tidak lebih dari sebagian kecil ujung kuku mu..?”

                Aku tak bisa berkata kata, mengerikan sekali, mungkin aku satu satunya manusia yang pernah merasakan hal ini..

                “kau adalah yanag terpilih, namun hatimu belum kuat, kau harus membayar apa yang telah kau dapatkan”
                “apa itu? Aku bahkan tak mendapatkan apa apa darimu”
                “apa kau ingat 13 tahun lalu? Saat kau masi anak anak? Bukan pada ku tapi pada ibumu”
                “apa maksudmu, bagaimana kau tau tentang ibuku?”
                “apa ketakutan yang kaurasakan tadi tidak cukup untuk meyakinkanmu bahwa aku bukan hanya seorang lelaki tua?”

                Sesaat aku teringat beliau, aku sangat menyayanginya meski sekarang Pria mamuakkan itu sudah mempunyai wanita baru, tak ada yang bisa menggantikan dirinya, tapi aku masih tak bisa ingat apa yang terjadi 13 tahun yang lalu...
Yang teringat olehku hanyalah dia meninggalkanku begitu saja dari dunia ini.. aku ingin mengingatnya tapi yang keluar hanya air mata menetes dari mataku..

                “tenanglah, itu bukan salahmu..dia melakukan itu untuk melindungimu, agar kau bisa lebih menghargai hidupmu.. akan kuceritakan semua.. ayo ikut denganku, aku akan tunjukan apa yang sebenarnya sedang terjadi..”

                Aku masih menangis, masih teringat ibuku yang meninggal 13 tahun lalu, dia yang selalu memainkan piano untukku, dia yang selalu dikhianati ayahku, dia yang selalu ada untukku..

“Apa hubungannya dia dengan semua hal aneh ini?” gumamku dalam hati...       

3 komentar: