Sabtu, 29 Oktober 2011

strings 2 : The Door (end)


                Kebergianku dari sana menyisakan kebencian, jurang yang sangat dalam, hitam dan tanpa batas, kini aku mempunyai alasan untuk hidup, dendam, bayangan ini tak akan pernah kulupakan, akan kubunuh dia, kucabik mukanya, dan kutelan jantung dan ginjalnya mentah mentah, dan sisanya kupotong potong, bakar sampai habis tak tersisa.

                Emosiku terus memuncak, otakku tak berfungsi seperti layaknya orang yang sadar akan dirinya, perlahan aku menemukan arah, dimana aku harus menuju, dimana aku harus mati dan siapa yang akan aku temukan.

                Awal dari semua itu akan kumulai dari hembusan nafas kali ini, ya.. aku berjanji, tak akan ada lagi yang seperti itu, perlakuan seolah dirinya adalah dewa yang bertindak semaunya. Akan kuhabisi nyawanya.

                Aku menghilang diujung cakrawala, tak terlihat lagi kemuraman waktu itu, aku dituntun oleh sorang tua yang aku tak tau namanya, lagipula apa peduliku, bahkan itu semua sudah tak penting lagi. Selanjutnya aku bertemu dengan pintu yang lain, aku tak ingat bagaimana bentuknya. Kemudian aku masuk, dan semuanya akan dimulai disini.

                “kemana lagi kau akan membawaku?”
                “jalanlah dibelakangku.. aku akan memberimu sebuah hadiah”

                Selang beberapa waktu kemudaian aku berada disebuah ruangan, disana ada beberapa meja dan kursi, besar, namun tak ada yang menduduki hanya aku, orang tua itu dan cahaya yang sedari tadi mengikuti kami. Dia duduk diseberang meja panjang. Seolang ingin membicarakan sesuatu yang serius. Aku duduk berhadapan, namun jauh.

                Yang aku ingat saat itu aku hanya menundukkan kepalaku dengan penuh rasa kesal, amarah, dan hawa membunuh yang mendidih dalam darahku. Sepertinya dia tau.

                “kau ingin membunuhnya?” kata orang tua diseberang meja
                Aku hanya diam dan tak ingin membahasnya.
                “kau ingin membunuhnya bukan. Aku mengetahuinya, matamu. Sama sepertinya, mata yang seharusnya tak kau miliki”
                “aku tak perduli apa katamu, keluarkan aku dari sini”
                “kemana kau akan pergi? Maaf, tapi aku tak bisa mengeluarkanmu dari sini”
                Aku hanya terdiam, mungkin dia tau kekesalanku, dia hanya terdiam dan menatapku, aku acuh, tak menghiraukannya. Masa bodoh terhadap orangtua tak berguna itu.
                “baiklah aku akan memberimu sesuatu seperti yang kujanjikan tadi”
                “lakukanlah dengan cepat, aku sudah muak disini”
                “tenanglah, kau pasti mendapatkan kesempatanmu, kau akan mendapatkan apa yang kau inginkan, dengar baik baik. Kau adalah manusia yang unik, ini semua terjadi diluar kuasa kami, sesungguhnya yang AGUNG itu maha tau, kami bahkan tak tau apa yang dia tahu, sebenarnya semua ini telah tertulis dalam buku kehidupanmu” katanya serius.

                Kali ini aku hanya diam dan mendengarkan.

                “yang membunuh ibumu tadi adakah ayahmu, dia merupakan anak dari seorang manusia yang tingkat spiritualitasnya tinggi, namun dia memilih jalannya, dengan jalan memuja iblis. Mereka adalah kaum yang sangat dibenci sang agung, namun mereka telah diberi kebebasan untuk memanipulasi manusia, semua yang terjadi hanya manusia yang menentukan, dan itu ketentuan ayahmu. Maka inilah yang terjadi”
                “apa yang dia inginkan dariku?” timpalku
                “dia menginginkan darahmu, untuk membangkitkan Lucifer dan menyatu dengannya”
                “kenapa harus diriku?” tanyaku penasaran
                “kau adalah keturunan suci dari utusan sang agung, dahulu ayah dari kakekmu adalah seorang prophet, dia menyebarkan kebaikan, namun para iblis yang tidak menyukainya mulai memanfaatkan manusia untuk membinasakannya, mereka melakukan propaganda namun tak satupun dari mereka berhasil, lantas mereka menemukan sebuah kitab peninggalan para ahli sihir jaman dahulu yang seharusnya tersegel di bawah rumah suci, dan kemudian mempelajarinya, tak lama setelah itu mereka menemukan cara untuk membangkitkan Lucifer sang penghancur”
                “Aku masih tak mengerti apa yang kau bicarakan. Jangan berkata omong kosong orang tua”
                “baiklah, aku akan memberimu penglihatan dan kau melihatnya sendiri”

                Kemudian menjulurkan tangannya keara ku, cahaya terang datang seketika menyelimutiku, kini aku berdiri ditengah hamparan langi dan bintang bintang, kemudian  sebuah planet menghampiriku, mungkin itu tempat dimana aku tinggal. Aku melihat lebih dekat, jauh lebih dekat, aku melihat banyak pembunuhan, banyak orang yang sepertinya gila membunuh tanpa berfikir, seperti dikendalikan oleh sesuatu, kemudian berganti. Kali ini aku melihat orang orang berpakaian putih, seperti keluar cahaya dari tubuh mereka. Mereka terlihat memerangi mereka yang satunya. Terlihat menyeramkan, saling bunuh diantara mereka. Yang kulihat kala itu hanya perang. Perang yang melibatkan seluruh umat manusia.

                Kemudian pengelihatanku berganti, kali ini adalah seorang yang mirip denganku, namun terlihat lebih dewasa, dia memimpin sekawanan manusia, seolah siap berperang melawan segerombolan awan hitam yang sedang menuju kearah mereka, bukan itu bukan segerombolan awan hitam, tapi itu makhluk makhluk mengerikan dan manusia bermata merah seperti yang kulihat tadi. Mereka menuju suatu titik sepertinya hanya itu yang mereka lakukan.

                Namun anehnya mereka semua hanya manusia biasa, entah mereka melalukan semua ini demi apa, aku pun jauh lebih bingung, yang terpikir dibenakku kenapa ini semua terjadi, kemudian pandanganku tertuju pada seseorang disana, aku kaget melihatnya, kenapa ada aku disisi lain itu, bukankah ada aku disana? Kemudian aku mendengar seseorang dikepalaku

                “apa kau lihat apa yang akan terjadi? Mereka adalah mereka, mereka yang menentukan apa yang terjadi pada diri mereka, bukan kami. Kami hanya menentukan pilihan mereka, membenarkan apa yang mereka anggap benar, tidak ada yang salah, namun mereka memilihnya.”

                Kemudian aku mendengar seseorang lain bicara setelah itu.

                “tidak bisa begitu kau tidak adil pada kami, membedakan kami, karena kami berbeda pandangan denganmu” kata seseorang berbaju hitam dengan mendongak kelangit
                “kau adalah milikku, hau hanya makhluk, kenapa sombong padaku”. Suara menggelegar dilangit
                “kau yang telah menciptakanku, semua yang kau ciptakan adalah pencitraanmu, bukan diri kami, kami adalah dirimu!”timpal makhluk itu
                “Sombong, baiklah apa maumu?”
                “kami akan menjadi diri kami sendiri, kami ingin bebas!”
                “baiklah, jika itu maumu, kau boleh lakukan sesuka hatimu, tapi diakhir nanti kau akan ku kembalikan ke asalmu, dan rasakanlah apa yang telah kamu pilih” tegas suara misterius itu.
                “hahaha baik lah aku tak perduli aku akan mencari pengikutku sama sepertimu!, hey kau yang disana, ikutlah denganku”
                “tidak, karena sesungguhnya aku diciptakan untuk mematuhi sang agung” kata seseorang yang sepertinya mirip dengan orang yang ku kenal.
                “dasar bodoh!! Ahahahaha”

                Pemandangan aneh namun singkat, kemudian setelah aku lihat percakapan tadi, semua pandangan berubah, seolah waktu berputar kearang yang lain, kuliah seseorang tanpa busana sendirian seperti sedang kebingungan.

                Sampai disitu aku terbangun, kembali pada waktu aku sedang diruangan tadi, aku menatap heran kearah orang tua itu, kemudian aku ingat hal tadi, mirip sepertinya. Aku bingung, mengingat kejadian yang terus aku alami dari kemarin.

                “apa yang terjadi” kataku
                “begitulah manusia, tak pernah mau berfikir, itulah mengapa aku khawatir saat DIA menciptakan makhluk sepertimu, kau lemah, namun DIA berkata padaku, kaulah makhluk yang paling sempurna, bahkan aku tak melihat kesempurnaan itu padamu, mungkin lain waktu”

                Sampai disini, aku masih sedikit tertegun melihatnya, mataku masih agak berbayang, namun perkataannya tadi terdengar jelas ditelingaku. Aku mencoba membuka mataku lebar. Namun mataku terasa berat. Aku mendengar kata trakhir.

                “dia azazel, dia sama sepertimu, dia akan membimbingmu, jalanilah takdirmu...”

                Kemudian semua hitam, seingatku aku berada diruangan aneh bersama kakek tadi, semuanya kembali membingungkan. Aku berusaha bangun, namun saat kubuka mataku aku menemukan di tempat tidurku. Aku sangat terkejut...

                “hanya mimpi..sial”
                “DARWIS...!!! dimana kau...” teriakku memanggil pelayan.
                Kumudian kudengar langkah dari lorong menuju kamarku, pelan, berat, namun tak terpikirkan olehku, kemudian seseorang membuka pintu.

                “DARWIS.. bantu aku ber...” belum sempat aku menyelesaikan kalimatku.
                Sambil berusaha turun dari tempat tidur dan berusaha untuk bangun aku melihat keara pintu, kutemukan seseorang disana..

                “SIAPA KAU!!!!?? BERANINYAAA!!!”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar