Senin, 31 Oktober 2011

October tales



                Akhir oktober kala itu, di sebuah desa terpencil di penggiran hutan, dimuka savana padang rumput yang menghijau, kala rumput mulai menari di bawah bulan yang terlihat penuh, perayaan turun temurun untuk mengusir roh jahat dari muka bumi selalu dilakukan para manusia.

                Terlihat dari kegelapan malam ke 30 bulan itu, malam yang sangat terang, selolah sinar bulan menjadi lentera malam yang tak akan pudar hingga sang fajar menjelang.

                Kepercayaan manusia akan roh jahat masih belum pudar, suasana hutan yang lembab dan ber air menjadikan suasana desa malam itu menjadi sedikit berbeda, desa yang biasanya ramai pada malam hari kini menjadi tenang gelap dan sangat hening, tak sersisa sedikitpun aktivitas para penduduk.

                Sangat janggal kala itu, angin terasa sangat lembut, membawa aroma anyir dari dalam hutan. Terlihat dari dalam jendela salah seorang rumah warga, sesosok anak kecil yang seperti berjalan mengikuti sesuatu. Tak tergesa namun terlihat sedikit ragu, didepannya terlihat samar sosok seorang laki laki muda sedang mendorong sesuatu. Grek grek greeekk. Dencitan as roda dan suara ban yang beradu dengan tanah yang tidak rata terdengar jelas dari sini.

                Pandangan itu hilang seiring kabut yang muncul kala itu, tak terdengar lagi. Pagi pun datang, kabut menghilang dari pedesaan pinggiran ini. Namun aneh, suasana masih terasa seperti malam tadi tak ada aktifitas dari para penduduk desa, desa pun sepi sunyi, hanya ada angin yang menggoyangkan api lilin yang masih tersisa dari malam itu.

                Terlihat dari arah hutan keluar seorang anak kecil berlumuran darah, menangis seperti ketakutan, sekujur tubuhnya dipenuhi luka memar, bajunya terkoyak. Dia terlihat lari menjauhi hutan menuju kearah perkebunan warga, bersembunyi dari sesuatu.

                Waktu pun berlalu, suasana akhir oktober itu berubah mencekam, darah mengalir disungai sungai dekat desa, air pun tercemar darah yang berasal entah dari mana, yang tersisa hanya anak kecil tadi. Sore menjelang senja, langit memerah seolah merefleksikan amarah para arwah.

                Anak kecilpun itu memberanikan diri kembali kedesa, dia mencari kesana kemari, namun tak ada yang dia temukan, hanya sepi. Perlahan keluar dari dalam hutan sosok pemuda malam itu, jack, dia seperti jack o lantern,  ya tokoh manusia berkepala labu yang berkeliaran di malam halloween, dia terlihat marah. Dibawanya sebuah kapak yang biasa digunakan membelah kayu, di tangan kirinya terlihat kepala tanpa tubuh, menggelantung begitu saja dibawanya, dia melihat kearah bocah itu, kemudian bocah itu menangis dan berteriak

                “dimana ibuku dimana?”

                Labu itu hanya terdiam, melihat kearah anak itu dan melempar kepala yang ternyata adalah kepala ibu anak itu, terbelalak wajahnya, seolah diakhir hidupnya dia sangat kesakitan. Fajar pun tenggelam kini semua menjadi gelap, lilin yang sedari tadi menyala habis dimakan api, jack menghampiri anak itu, dibawanya kedalam hutan, diseret rambutnya. Anak itu hanya bisa berontak, tanpa arti.

                Dari dalam hutan terdengar jeritan anak itu seolah menyanyi dalam alunan kematian, teriakan panjang terdengar di akhir october, desa itu kini menjadi desa mati, dan tak ada yang pernah mau kesana setelah pembantaian itu,  

                Dia pun menghilang, bertahun tahun setelahnya, konon ada beberapa traveler yang melewati desa itu dan tak pernah kembali, yang ditemukan hanyalah kepala kepala yang ditancapkan diatas tombak. Dan semuanya telah membusuk. desa itu adalah desa sang pemuja iblis, Jangan pernah kesana.. karena desa kesepian itu akan selalu menelan nyawa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar